Untuk suamiku tercinta
السًّلا م عليكم ورحمة الله وبركاتهًّ
Aku tulis ini untuk mengingatkan bahwa pernikahan kita hari ini adalah ikatan sesaat. Di akhirat lah pernikahan yang abadi itu. Kalau hari ini engkau menghiasi hidup dengan iman dan amal sholeh, dan tidak henti mengingatkan istrimu ini untuk senantiasa untuk memperbaiki diri. Maka insyaalah di dunia aku istrimu dan kelak di akherat aku bidadarimu.
SAYANG………..
Apa yang sudah kita lakukan agar pernikahan ini barokah? Apakah yang sudah kita kerjakan di saat usia kita semakin tua? Inilah yang perlu kita renungkan sejenak. Meski manusia mengatakan betapa muda usia kita, tetapi tidakkah masa berganti dan zaman bertukar? Semua itu pertanda bahwa usia kita semakin mendekati titik akhir. Setiap detik perjalanan hidup kita adalah perjalanan menuju kematian. Dan Allah Azza wa Jalla sudah mengingatkan bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati.
Karenanya…… ada yang perlu kita kerjakan agar abadi cinta kita. Ada yang perlu kita tangisi atas kesalahan yang tak henti-henti kita kerjakan. Ada yang perlu kita ingat atas amanah yang telah Allah berikan kepada kita atas pernikahan kita ini kelak akan memberi bobot kepada bumi dengan kalimat La ilaaha illallah.
SAYANG………..
Kalau ada keshalihan pada diri mereka, Insyaallah akan selalu ada do’a yang mengantarkan kita pada kemuliaan yang lebih tinggi di sisi Allah. Kalau pun mereka lalai mendo’akan, keshalihan mereka cukup sudah menjadi kebaikan yang menyejukkan mata kita di akhirat. Cintai dan sayangilah anak-anak kita dengan sepenuh jiwa.
Indahnya Cinta
Usaplah kepala mereka dengan penuh rasa sayang. Perdengarkan kepada mereka kalimat-kalimat mulia dengan penuh kelembutan. Tetapi mampukah kita menyayangi mereka dengan penuh ketulusan kalau seandainya hati kita bercerai-berai?.
Tentunya aku tak menginginkan rumah yang selalu hangat dengan kehadiranmu ini akan gersang, jauh dari rasa cinta dan kasih sayang. Tetapi apakah yang dapat menjamin kita saling menyayangi jika cantiknya wajah bisa hilang dan kencangnya kulit bisa berubah menjadi keriput? Tidakkah engkau lihat betapa banyak manusia yang menyatakan saling mencintai saat menikah, tetapi sebelum anak ke dua lahir mereka sudah saling bertikai? Apakah yang salah pada mereka sehingga cinta yang dulu menggerakkan mereka untuk menikah, sekarang sudah menjadi apinya?
Ada yang sering kita lupa, cerita memang bisa disuburkan dengan kata – kata yang membakar jiwa. Tetapi kata apa yang bisa terucap jika jiwa telah membeku dan kehangatan cinta sudah musnah?
Maka ada yang perlu kita perhatikan agar jiwa kita hidup, sehingga kata-kata cinta dengan sendirinya akan senantiasa menghiasi. Ada yang perlu kita benahi agar tanpa kata cinta pun, rasa cinta itu tetap ada dan bersemi indah di dada.
Aku tak hendak berpanjang kata dengan ungkapan berbunga-bunga. Usia pernikahan kita sudah beranjak jauh, cukuplah dengan nasihat, zaman bertukar masa berganti, sedangkan hati sesuai dengan sifatnya berbolak-balik. Karenanya sudah saatnya kita menyuburkan cinta dalam keluarga, justru tidak dengan mengandalkan pada ungkapan yang indah. Kita suburkan kasih sayang dan rasa cinta yang tulus denagn memohon kepada yang menggenggam Qolbu, Allah Azza wa Jalla. Kita kerjakan perkara-perkara yang termasuk amal shalih, memberi makan fakir miskin, berbuat baik pada orang tua, dan bentuk-bentuk amal shalih lainnya. Semoga dengan itu Allah ridlo kepada kita, memperbaiki iman kita, dan melimpahkan rasa cinta serta kasih sayang kepada kita.
Sungguh, inilah cinta yang tak mudah aus dimakan zaman, sebab perasaan ini hadirnya bukan karena eloknya wajah dan manisnya senyuman. Bukan juga karena merdunya suara dan lembutnya perkataan. Tetapi perasaan ini hadir karena Allah Ta’alasendiri yang menanamkannya, sehingga meski engkau dan aku sudah semakin tua, tak ada yang menghalangi perasaan untuk senantiasa dekat. Karena perasaan cinta yang Allah tanamkan itulah, seperti apapun senyummu, selagi bukan karena marah, tetap akan terasa indahnya.
Kalau ikatan perasaan yang tumbuh karena iman dan amal shalih sudah ada diantara kita, maka kita boleh berharap tentang suatu masa ketika langit telah di gulung dan bumi telah di lipat.
Kelak ketika dunia sudah berakhir, ada suami istri yang Allah Ta’ala abadikan hubungan mereka. Kalau timbangan amal salah satunya kurang, ia akan disusulkan kepada timbangan amal yang lebih berat. Jika engkau dan aku termasuk di antara yang shalih, Allah Ta’ala akan saling susulkan kita ke dalam surganya. Jika para pemuja cinta berkata”tak ada yang dapat memisahkan cinta kita kecuali kematian” , maka bagi orang-orang yang beriman ungkapan itu tak berlaku. Sebab bagi mereka, kematian tak sanggup memutus ikatan cinta.
Demikian ku tulis surat ini, semoga ada yang dapat kita renungkan. Semoga atas ridlo Allah abaadi cinta kita hingga kiamat tiba.
Apa yang sudah kita lakukan agar pernikahan ini barokah? Apakah yang sudah kita kerjakan di saat usia kita semakin tua? Inilah yang perlu kita renungkan sejenak. Meski manusia mengatakan betapa muda usia kita, tetapi tidakkah masa berganti dan zaman bertukar? Semua itu pertanda bahwa usia kita semakin mendekati titik akhir. Setiap detik perjalanan hidup kita adalah perjalanan menuju kematian. Dan Allah Azza wa Jalla sudah mengingatkan bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati.
Karenanya…… ada yang perlu kita kerjakan agar abadi cinta kita. Ada yang perlu kita tangisi atas kesalahan yang tak henti-henti kita kerjakan. Ada yang perlu kita ingat atas amanah yang telah Allah berikan kepada kita atas pernikahan kita ini kelak akan memberi bobot kepada bumi dengan kalimat La ilaaha illallah.
SAYANG………..
Kalau ada keshalihan pada diri mereka, Insyaallah akan selalu ada do’a yang mengantarkan kita pada kemuliaan yang lebih tinggi di sisi Allah. Kalau pun mereka lalai mendo’akan, keshalihan mereka cukup sudah menjadi kebaikan yang menyejukkan mata kita di akhirat. Cintai dan sayangilah anak-anak kita dengan sepenuh jiwa.
Indahnya Cinta
Usaplah kepala mereka dengan penuh rasa sayang. Perdengarkan kepada mereka kalimat-kalimat mulia dengan penuh kelembutan. Tetapi mampukah kita menyayangi mereka dengan penuh ketulusan kalau seandainya hati kita bercerai-berai?.
Tentunya aku tak menginginkan rumah yang selalu hangat dengan kehadiranmu ini akan gersang, jauh dari rasa cinta dan kasih sayang. Tetapi apakah yang dapat menjamin kita saling menyayangi jika cantiknya wajah bisa hilang dan kencangnya kulit bisa berubah menjadi keriput? Tidakkah engkau lihat betapa banyak manusia yang menyatakan saling mencintai saat menikah, tetapi sebelum anak ke dua lahir mereka sudah saling bertikai? Apakah yang salah pada mereka sehingga cinta yang dulu menggerakkan mereka untuk menikah, sekarang sudah menjadi apinya?
Ada yang sering kita lupa, cerita memang bisa disuburkan dengan kata – kata yang membakar jiwa. Tetapi kata apa yang bisa terucap jika jiwa telah membeku dan kehangatan cinta sudah musnah?
Maka ada yang perlu kita perhatikan agar jiwa kita hidup, sehingga kata-kata cinta dengan sendirinya akan senantiasa menghiasi. Ada yang perlu kita benahi agar tanpa kata cinta pun, rasa cinta itu tetap ada dan bersemi indah di dada.
Aku tak hendak berpanjang kata dengan ungkapan berbunga-bunga. Usia pernikahan kita sudah beranjak jauh, cukuplah dengan nasihat, zaman bertukar masa berganti, sedangkan hati sesuai dengan sifatnya berbolak-balik. Karenanya sudah saatnya kita menyuburkan cinta dalam keluarga, justru tidak dengan mengandalkan pada ungkapan yang indah. Kita suburkan kasih sayang dan rasa cinta yang tulus denagn memohon kepada yang menggenggam Qolbu, Allah Azza wa Jalla. Kita kerjakan perkara-perkara yang termasuk amal shalih, memberi makan fakir miskin, berbuat baik pada orang tua, dan bentuk-bentuk amal shalih lainnya. Semoga dengan itu Allah ridlo kepada kita, memperbaiki iman kita, dan melimpahkan rasa cinta serta kasih sayang kepada kita.
Sungguh, inilah cinta yang tak mudah aus dimakan zaman, sebab perasaan ini hadirnya bukan karena eloknya wajah dan manisnya senyuman. Bukan juga karena merdunya suara dan lembutnya perkataan. Tetapi perasaan ini hadir karena Allah Ta’alasendiri yang menanamkannya, sehingga meski engkau dan aku sudah semakin tua, tak ada yang menghalangi perasaan untuk senantiasa dekat. Karena perasaan cinta yang Allah tanamkan itulah, seperti apapun senyummu, selagi bukan karena marah, tetap akan terasa indahnya.
Kalau ikatan perasaan yang tumbuh karena iman dan amal shalih sudah ada diantara kita, maka kita boleh berharap tentang suatu masa ketika langit telah di gulung dan bumi telah di lipat.
Kelak ketika dunia sudah berakhir, ada suami istri yang Allah Ta’ala abadikan hubungan mereka. Kalau timbangan amal salah satunya kurang, ia akan disusulkan kepada timbangan amal yang lebih berat. Jika engkau dan aku termasuk di antara yang shalih, Allah Ta’ala akan saling susulkan kita ke dalam surganya. Jika para pemuja cinta berkata”tak ada yang dapat memisahkan cinta kita kecuali kematian” , maka bagi orang-orang yang beriman ungkapan itu tak berlaku. Sebab bagi mereka, kematian tak sanggup memutus ikatan cinta.
Demikian ku tulis surat ini, semoga ada yang dapat kita renungkan. Semoga atas ridlo Allah abaadi cinta kita hingga kiamat tiba.
“ DI DUNIA AKU ISTRIMU DAN DI AKHIRAT AKU MENJADI BIDADARIMU” .
والسًّلا م عليكم ورحمة الله وبركاتهًّ
والسًّلا م عليكم ورحمة الله وبركاتهًّ