Ketika hati tersakiti, ada tiga proses yang kutahu. Ternyata 'memaafkan' dan 'sembuh dari sakit hati' itu adalah dua hal yang berbeda. Lalu dengan 'kembali seperti semula', menjadi tiga hal.
Memaafkan itu harus, wajib bagi orang-orag yang beriman pada ALLAH Yang Maha Pemaaf. Bisa dibiilang, kasarnya, "ALLAH aja maafin, masa manusia nggak. Sombong bener..." Tapi mungkin kata-kata ini dapat dibalik juga: "Nggak segampang itu gue sanggup maafin! Emang gue itu ALAH!"
Yah, dua sikap itu bisa terjadi pada manusia normal, tergantung derajat sakit hatinya. Sikap kedua mungkin lebih mudah dihindari oleh kaum sufi, yang sungguh membuat iri diriku dan siapapun yang masih merasa tergolong 'rakyat jelata', yang keimanan dan ketaqwaannya masih naik turun Gunung Semeru (kenapa pula Semeru??). Dengan demikian, solusi untuk masalah yang satu ini jelas: tingkatkan iman dan taqwa (Gampaang...ngomongnya!).
Sembuh dari sakit hati itu biasanya pasti, hanya saja waktu perolehannya bervariasi. Ada yang dalam sejam bisa langsung sembuh, ada yang baru sanggup bertahun tahun kemudian. Sungguh beruntung orang-orang yang tergolong tipe pertama. Hidup nggak pernah susah. Orang-orang ini bisa jadi sejak lahir sudah beruntung, atau baru-baru saja. Entahlah. Tapi yang jelas, mereka tergolong manusia-manusia yang bersyukur.
Bersyukur? Ini juga terdengar gampang. Coba bayangkan hal yang paling buruk yang tak pernah kita inginkan terjadi. Yakin, tak sepatah kata pun selain syukur meluncur dari mulutmu?
"Lupakan". Kau takkan pernah tahu kekuatan itu, sampai musibah itu benar-benar terjadi. Dan saat semua itu terlewati dengan luka yang telah menutup, barulah kau tahu: kau sudah sembuh. Dan itu berarti selamat, karena kau sudah mampu masuk dalam golongan yang beruntung itu: manusia-manusia penuh rasa syukur.
Begitulah hidup, tak ada yg sempurna
ReplyDeleteKenyataan tak semudah kata kata teori
ReplyDelete