Berawal dari
note seorang ukhti shalihah yang bertemakan kerinduan hati akan sunnah yang indah ini... Duh, katanya sih nikah itu sesuatu banget. Lha gimana ga sesuatu, yang dulunya dikecam jadi dipuji, yang dulunya haram jadi halal, yang dulunya dulunyaa.. he..he..
Well, balik lagi ke niat awal menulis artikel ini, meski diri belum menggenapkan separuh Diin, izinkan untuk berbagi.. semoga ada manfaatnya, kalopun nanti ada yang kurang berkenan dan salah mohon dimaafkan dan diluruskan.. ^_^
Ketika Hati Rindu Ingin Menikah,
"Innamal 'amalu binniyat..." setiap amalan -termasuk nikah- berkualitas tidak nantinya dimulai dari niat. Sepakat ya? sipks.. kalo penginnya asal nikah/asal laku/asal kagak mbujang biar ga malu sama temen-temen yang udah 'nyolong' start duluan ya kualitas keluarga yang dibentuk nantinya juga asal ada, asal jadi, asal-asalan. Na'udzubillahi min dzalik yaa Rabbana...
Tapi kalau niatnya LILLAH -karena Allah semata-, kemudian caranya BILLAH -sesuai syari'atnya/seoptimal mungkin syar'i- dengan visi ILALLAH -untuk Allah, mendapatkan ridhaNya- insya Allah, Barakah.. Barakah..!
Saudariku.. permasalahan kita bukan sekedar menikah, tapi mewujudkan pernikahan yang berkualitas dalam pandanganNYa. Pernikahan yang barakah, pernikahan yang mengundang rahmat dan kasih sayangNya, pernikahan yang menjadikan tiap penghuni rumah shalih dan mushlih, pernikahan yang... ah antunna lebih tau dari ana.. :)
Tiada maksud menggurui sahabat.. bisa jadi antunna lebih faham, namun izinkan ana melanjutkan celoteh ini ya, he..he..
Ada sesuatu yang menggelitik tatkala teringat pertanyaan pusaka "Kapan nikah ukhti?" -Bagi kami yang bujang eh gadis-gadis ini dink (duh, mungkin ana sendiri aja kali ya ^.^") pertanyaan tersebut menohok banget, ibarat makan keselek dan butuh jurus pemungkas lainnya, nyari air- akan sebuah ayat:
kullu nafsin dzaa iqotul maut, tiap yang bernyawa pasti akan mati (QS.3 : 185).
Terkadang kita -lagi, mungkin ana sendiri ^.^"- 'mati-matian' mempersiapkan sebuah mahligai pernikahan tapi ga 'mati-matian' mempersiapkan kematian yang pasti. Iya, menikah itu mungkin tapi mati itu pasti. Pertanyaannya kenapa? Mari kita mengintip masing-masing hati mungil ini, mungkinkah kita terlalu hubbuddunya? Tidak.. Maksud ana bukan berarti melupakan sunnah yang penuh nikmat ini, tapi adakah kita juga khawatir sebagaimana khawatir menanti 'mitsaqon ghalizha' yang satu ini..? antunna lebih fahm, 'afwan...
Sahabatku.. Siapakah yang tidak ingin separuh agamanya sempurna? Siapakah yang tak ingin bercanda mesra dengan pasangan yang telah dihalalkan padanya? Bahkan pandangan suami-istri yang penuh nafsu pun dipandang Allah dengan pandangan rahmat.. Semua ingin, iya sekali lagi semua ingin!
uhuk..uhuk..
Tiap rezeki, ajal, nasib baik-buruk telah ditetapkan sejak kita dalam kandungan. Demikian pula jodoh. Siapa jodoh kita sudah ada, sudah dipasangkan. Perkaranya, kita menjemput rezeki -jodoh- tersebut dengan cara yang disukaiNya atau dilemparNya penuh murka? Jika ingin diberikan dengan cara yang lembut, penuh kasih dan belaian sayangNya maka "fashbir shobron jamilan” (QS. 70 : 5). Bersabarlah duhai sahabat, dengan sabar yang baik.. Bersabarlah dengan shalat.. Karena kekuatan kita hanya datangnya dari Allah. :)
Sahabatku, "Jangan bersedih, Allah bersama kita..." Tinggal sejauh mana kita merasa Allah membersamai kita..? Ah, mungkin diri ini yang mesti belajar lebih dan bersuci hati, hingga nikmat dan sentuhan muraqabah selalu menyertai...
Mari kita jemput rezeki yang telah Allah tetapkan untuk kita dengan cara yang Allah sukai.. dengan cara yang Allah ridhai.. dengan cara yang cantik dalam pandangan Allah.. insya Allah, barakah..barakah..!
Karena orientasi kita barakah! kebaikan yang kontiunitas.
Cukuplah Allah sebaik-baik tempat mengadu dan memohon segalanya..
Hayuk kita meminta kepada Allah apapun kriteria yang diinginkan, ga usah ragu dan malu, karena Allah Maha Tahu, he..he.. (ingat buat targetan dalam liqoan, setinggi-tingginya, kalopun ga nyampe ya ga beda jauh dari yang ditargetan, insya Allah) ^_^
Sebagai penutup, lebih pada menunjuk diri pribadi : Tingkatkan kualitas diri, makin cantik dalam pandanganNya, insya Allah, Allah pun akan menghadirkan pasangan yang berkualitas dan tampan dalam pandanganNya.. siapakah yang lebih mengetahui hati-hati tiap manusia? Meningkatkan kualitas diri itu fokusnya bukan “dia” tetapi “saya”. Semakin saya berkualitas, yakin..yakin.. Allah akan menghadirkan hambaNya -entah dari bumi belahan mana- yang berkualitas sebagai pasangan kita.
"Fa idza azzamta fatawaqal 'alallah." Kalau sudah berazzam maka bertawakallah kepada Allah. Dan, Sibukkan diri lejitkan potensi! Bisa aktif dalam aktifias dakwah (struktural maupun wajihah-wajihah yang ada) atau ikhtiar sambil menyiapkan ma'isyah, atau yang lainnya. Mari tetapkan target nanti mau jadi apa fokus di mana, mungkin fokus menjadi ibu rumah tangga (madrasatul ummah). Jangan malu, jangan minder, itu peran mulia! Secerdas dan setangkas apapun, keluarga lebih berhak mendapatkan manfaatnya! Kalaupun menjadi seorang profesional, jangan sungkan, itu juga peran mulia! Bermanfaat bagi sesama!
Afwan minkum dan kepada Allah ana mohon ampun. wallahu a'lam bi shawab.. []
Penulis : Agatha RizkySekretaris PD Salimah OKU Sumsel
http://www.bersamadakwah.com