♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Hari demi hari, kurangkai bibir tak hanya di bibir, tapi juga di hati. Meski kutahu, mungkin tak utuh sepanjang waktu, karena rapuhku. Padahal semestinya dzikir tak pernah terusir, bahkan di saat fikir dan ikhtiar menjalankan tugasnya, dari awal hingga akhir.
Saat tubuh merebah, baru CINTA menumbuh. Tersadar akan dosa kecil dan besar, dosa yang nyata dan tersamar. Entah kenapa harus demikian. Kenapa harus disadarkan dengan teguran. Padahal tak semestinya menunggu nikmat sehat diangkat, lalu saat sakit baru CINTA kembali tertaut.
Tapi inilah aku, seoranag rapuh yang baru mengeja CINTA, mencobanya menjadi biasa, namun seringkali kembali terlena oleh dunia, dan CINTA pun kembali sulit terasa.
Benar kiranya bahwa meski di sirami air dari tujuh samudera, bahkan di kucuri air hujan dari tujuh langit pun, CINTA tak akan tumbuh, jika hati tetap dinahkodai kehendak buta. Tak kan tumbuh jika hati dikunci dengan gelimang dosa. Tak kan tumbuh jika hati dibasuh nafsu selalu, diselimuti keangkuhan wujud pengusiran jatidiri penghambaan. Tak kan tumbuh, tak kan.
Maka aku bahagia jika air mata berlinang saat mensyukuri nikmatmu, bukankah air mata ini adalah kado CINTA. Aku bahagian jika air mata berlinang saat teringat dosa dan memohon ampun Kepada Mu, bukankah ini juga sedikit tanda CINTA. Maka, jangan biarkan hatiku beku, tanpa CINTA. Hingga tak ada lagi air mata, yang bisa menjaga anggota tubuh yang terbasuh, haram terjilat api neraka.
♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Ditahanlah cinta di hati, menanti waktu yang mesti pasti. Karena setelah waktu itu tiba, maka semuanya kan diungkap tanpa hijab.
Sang lelaki menuliskan bait-bait cinta di notebooknya, sebuah catatan harian tentang cinta yang tertahan. Cinta yang kan ditumbuhkan seiring keikhlaskan, cinta yang kan diwajarkan agar tetap bermuara pada penghambaan terhadap Tuhan.
Begitu pun sang perempuan, setiap hari menulis rangkaian kalimat cinta yang tak terkikis. Disimpan di draft yang kelak kan dipublish. Tinggal menanti saat yang tepat. Saat dimana kelak tak hanya hatinya yang bertaut, tapi juga tangannya bisa memeluk erat tanpa takut.
Sang lelaki tersenyum diujung malam, menanti saat pagi yang kan menghampiri dan membuatnya tenggelam. Tenggelam dalam kebaahagiaan pernikahan.
Sang perempuan sulit terpejam hingga lewat pertengahan malam. Jantungnya berdegup kencang mengeja kerinduan. Kerinduan saat akad itu dengan indah terlafalkan. Dan semuanya terhalalkan.
Lelaki dan perempuan, menjadi benar-benar romantis saat ijab qabul terbacakan. Dan kini mereka bertugas tuk membuktikan, bahwa cinta bukan sekedar menggairahkan, tapi juga memadukan segala kelebihan dan kekurangan, agar menjadi kekuatan yang terpadukan, tuk mampu bersinergi, agar tetap berada di jalan yang Allah ridhoi.
Oh indahnya......
♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Hari demi hari, kurangkai bibir tak hanya di bibir, tapi juga di hati. Meski kutahu, mungkin tak utuh sepanjang waktu, karena rapuhku. Padahal semestinya dzikir tak pernah terusir, bahkan di saat fikir dan ikhtiar menjalankan tugasnya, dari awal hingga akhir.
Saat tubuh merebah, baru CINTA menumbuh. Tersadar akan dosa kecil dan besar, dosa yang nyata dan tersamar. Entah kenapa harus demikian. Kenapa harus disadarkan dengan teguran. Padahal tak semestinya menunggu nikmat sehat diangkat, lalu saat sakit baru CINTA kembali tertaut.
Tapi inilah aku, seoranag rapuh yang baru mengeja CINTA, mencobanya menjadi biasa, namun seringkali kembali terlena oleh dunia, dan CINTA pun kembali sulit terasa.
Benar kiranya bahwa meski di sirami air dari tujuh samudera, bahkan di kucuri air hujan dari tujuh langit pun, CINTA tak akan tumbuh, jika hati tetap dinahkodai kehendak buta. Tak kan tumbuh jika hati dikunci dengan gelimang dosa. Tak kan tumbuh jika hati dibasuh nafsu selalu, diselimuti keangkuhan wujud pengusiran jatidiri penghambaan. Tak kan tumbuh, tak kan.
Maka aku bahagia jika air mata berlinang saat mensyukuri nikmatmu, bukankah air mata ini adalah kado CINTA. Aku bahagian jika air mata berlinang saat teringat dosa dan memohon ampun Kepada Mu, bukankah ini juga sedikit tanda CINTA. Maka, jangan biarkan hatiku beku, tanpa CINTA. Hingga tak ada lagi air mata, yang bisa menjaga anggota tubuh yang terbasuh, haram terjilat api neraka.
♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Ditahanlah cinta di hati, menanti waktu yang mesti pasti. Karena setelah waktu itu tiba, maka semuanya kan diungkap tanpa hijab.
Sang lelaki menuliskan bait-bait cinta di notebooknya, sebuah catatan harian tentang cinta yang tertahan. Cinta yang kan ditumbuhkan seiring keikhlaskan, cinta yang kan diwajarkan agar tetap bermuara pada penghambaan terhadap Tuhan.
Begitu pun sang perempuan, setiap hari menulis rangkaian kalimat cinta yang tak terkikis. Disimpan di draft yang kelak kan dipublish. Tinggal menanti saat yang tepat. Saat dimana kelak tak hanya hatinya yang bertaut, tapi juga tangannya bisa memeluk erat tanpa takut.
Sang lelaki tersenyum diujung malam, menanti saat pagi yang kan menghampiri dan membuatnya tenggelam. Tenggelam dalam kebaahagiaan pernikahan.
Sang perempuan sulit terpejam hingga lewat pertengahan malam. Jantungnya berdegup kencang mengeja kerinduan. Kerinduan saat akad itu dengan indah terlafalkan. Dan semuanya terhalalkan.
Lelaki dan perempuan, menjadi benar-benar romantis saat ijab qabul terbacakan. Dan kini mereka bertugas tuk membuktikan, bahwa cinta bukan sekedar menggairahkan, tapi juga memadukan segala kelebihan dan kekurangan, agar menjadi kekuatan yang terpadukan, tuk mampu bersinergi, agar tetap berada di jalan yang Allah ridhoi.
Oh indahnya......
♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥