Empat Tahun Lebih Bersamamu

4 tahun lebih sudah kita bersama, katamu. Selama itu pula kita sudah berupaya untuk saling mengenal dan memahami satu sama lain. Kau mengisiku seperti halnya aku yang melengkapimu. Tak sedikit suka dan duka, haru maupun pilu, bahagia serta kecewa yang kita kecap bersama sejauh ini. Masih menurutmu, kita menjadi semakin kuat dan aku semakin diliputi rasa takut kalau-kalau kenyataan membawamu pergi dari sini.

Empat tahun lebih sudah, lanjutmu. Dan tak ada seorang pun yang mampu menggantikan engkau di hati milikku ini. Tak ada yang perlu diragukan, aku sudah melakukan segalanya untuk mempertahankan ikatan ini. Bukan untuk membuktikan kepadamu apa-apa, bukan untuk menunjukkan kepadamu aku lebih baik dari siapa-siapa, tetapi kulakukan itu semua semata-mata untuk membuktikan perasaanku sendiri. Begitu yang kau pikirkan.

Aku diam berpikir, tiba-tiba aku teringat masa-masa dimana kita masih saling berusaha untuk saling meyakinkan bahwa kita bisa menjalani kehidupan secara bersama-sama. Masa-masa yang begitu singkat bagiku, masa dimana mampu kuhirup segala kasih dan sayangmu dengan begitu nyaman. Masa dimana cintamu begitu putih dan selalu kurindukan. Ya, masa-masa itu pernah aku rasakan, dan begitu aku rindukan selama satu tahun lebih tiga bulan ini.

Sejujurnya aku sudah terlalu lelah mencari tahu penyebab ini semua, aku berharap dan bersabar bahwa suatu saat nanti kau akan kembali berubah seperti sosok perempuan yang memang saat itu begitu aku sayangi. Sayangnya kesabaran yang kulakukan selama ini justru kau salah artikan, aku sungguh menyesalkan kesabaran yang sengaja kupertahankan ini justru menjadikan sifat egois dan kekanak-kanakanmu menjadi kian tumbuh dan terpelihara.

Kata orang, cinta itu menggairahkan. Bagiku, cinta ini sangat mengenaskan. Cinta itu memberi, maka jangan pernah memberikan sesuatu yang tidak ingin kau terima dari orang lain, bukankah itu hakikat dari memberi? dan bukankah itu pula yang selama ini kau ingkari dari hubungan ini?

Jika benar kau menyayangiku, buatlah aku nyaman berada dalam pelukan kasih sayangmu. Jika benar kau takut kehilanganku, buatlah aku selalu tak kuasa menantimu, jadikan malam-malamku penuh kerinduan tentang kebaikan-kebaikanmu. Bukan dengan cara-caramu sekarang yang membatasi ruang gerakku sebegitu sempit, bahkan sampai menceritakan hal-hal buruk tentangku yang kau buat dan kau karang sendiri kepada orang-orang terdekatku. Jika benar kau mencintaiku, cintailah aku sewajarnya, cintai aku dengan apa adanya.

Empat tahun lebih sudah kita bersama, kataku. Selama itu pula kau sudah berubah menjadi seseorang yang jauh berbeda dengan perempuan yang kuputuskan untuk bisa kusayangi. Tak ada lagi cinta yang putih darimu, semua cuma tinggal cinta kelam yang pahit, cinta yang mengekang, cinta yang sama sekali tidak membahagiakanku, cinta yang mungkin hanya bisa kau nikmati sendiri saja.

Empat tahun lebih, lanjutku. Dan sudah terlalu banyak kebohongan yang kau bingkai dalam wajah polosmu, sudah terlalu banyak kata maaf dan janjimu yang kau ucapkan tetapi tak pernah bisa kau tepati, sudah terlalu sering ketidak-dewasaanmu melukai perasaan ini dengan amat perih. Tak ada yang lebih menyakitkan selain ketika kepercayaan yang sudah kau tanamkan, dikesampingkan begitu saja oleh orang yang sangat kau percayai. Empat tahun tiga bulan sudah kita melewati segalanya bersama-sama, menurutmu. Tetapi menurutku, aku merasa sudah semakin tidak mengenalimu lagi di saat ini.
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Artikel Lain :