Amalanku yang dijejali riya’ semoga Engkau ampuni. Berapa kali shadaqohku?
Ah lagi-lagi aku malu pada kotak shodaqoh, pada tangan kanan kiri yang selalu melihat ketika kurogoh uang saku. Yang kumasukkan hanya secarik uang kertas yang paling kecil dan lusuh.
Aku tak mampu menghisab diri dari kebaikan dan keburukan, dari amalan dan dosa, apalagi dari ikhlas dan riya’.
Sholat pun sering telat dan kadang pula lalai, apalagi untuk hadir di majelis-majelis dakwah, banyak yang ku sia-siakan atas umur yang KAu anugerahkan padaKU.
Bukan terlalu banyak, tapi terlalu kecil dan tak ter-indera apa yang sudah kulakukan di dunia ini untuk kebaikan dunia akheratku. Semuanya aku kembalikan pada-Mu, kulewati hari-hariku tanpa makna secuil pun yang tergores di kalbu. Bukan ini mauku … Bukan ini tujuanku …
Tapi inilah yang sudah kudapat sampai saat ini … Sebuah keterlambatan …
Ya Allah, terangkanlah padaku tentang makna keterlambatan. Semuanya sudah berjalan jauh, tapi aku masih berlari kecil di tempat. Lelah ini kulahap sendiri. Ingin rasanya berlari sekencang mungkin untuk menyusul mereka yang telah jauh.
Ya Allah, berikanlah hamba keluangan dan kesempatan untuk menangis di pangkuan-Mu, untuk mengejar keterlambatan ini.
Ya Allah, ijinkanlah hamba-Mu ini memulai lagi. Merangkai malam-malam sunyi menjadi parade dzikir untuk-Mu. Mencuci diri dari noda, yang entah dari mana harus kumulai membersihkannya. Merangkak menggapai maghfirah-Mu.
Aku sangat menyadari betapa tidak pantasnya diri ini menerima anugerah-Mu itu. Tapi, apakah salah jika manusia dungu dan hina ini menginginkan syurga-Mu ya Rabb? …
Ya Allah … Ya Rabb … ijinkanlah aku menapaki keterlambatan dengan beribu semangat juang.
Agar aku bisa sampai kehadirat-Mu seperti juga mereka yang telah sampai mendahuluiku.
Ijinkanlah aku mendapatkan anugerah hidayah-Mu.
http://www.facebook.com/notes/muslimah-perindu-syurga-rki-muslimah/zrenunganz/129447503764720