Diri makin jarang bersyukur..
Seakan diri lupa akan adzab kubur..
Saat futur..
Ingat Allah yang tak pernah tidur..
Ingat malaikat yang mencatat amal kita dan mereka selalu jujur..
Saat futur..Sesungguhnya ujian keimanan yang bertutur..
Ujian ketangguhan untuk bangkit,
...tidak berlama-lama jatuh tersungkur.
.Saat futur..
Shalat wajib dikerjakan dengan waktu yang sengaja diundur..
Tilawah juga jadi tak teratur..
Saat futur.....
Waktu qiyamul lail habis untuk mendengkur..
Hijab juga tak lagi bisa diukur..
Saat futur..
Kualitas ibadah kendur..
Alunan murotal tak lagi membuat hati terhibur..
Saat futur..
Waktu syuro bukannya fokus bahas agenda, malah sukanya ngelantur..
Waktu online Facebook, hobinya buat status yang ngawur..
Saat futur..
Hati girang karena liqo sering libur..
Setoran hapalan Qur'an jadi seperti layangan yang mudah ditarik ulur.
==========================
Futur adalah Sebuah istilah dimana kondisi ruhiyyah seseorang sedang dalam kondisi menurun. Atau bisa dikatakan, futur adalah penurunan semangat beribadah.Ketika seseorang yang biasa bersemangat shalat dhuha 12 rakaat dalam satu hari, kemudian menurun atau tiba-tiba kehilangan semangat, maka itulah futur. Atau ketika seorang yang senantiasa melakukan amar ma’ruf nahi munkar, tapi suatu waktu kemudian semangat amalnya menurun dan bahkan mungkin ketika kondisi seperti itu terus dibiarkan, akhirnya ia sendiri melakukan penyimpangan-penyimpangan amal.
Futur itu memiliki tingkatan-tingkatan. Ada futur yang masih tergolong rendah dan ada futur yang sampai pada taraf kronis. Futur yang terbilang rendah, biasanya tergambar dalam penurunan kualitas dan kuantitas ibadahnya saja. Artinya ia masih berada di rel yang benar, ia masih mengikuti gerbong Al-Qur'an dan as-Sunah. Meskipun, kadang ia tertatih-tatih di rel itu, dan bahkan teringgal di belakang.
Futur yang seperti ini, pada permulaannya memang tidak terlalu berbahaya, karena hal itu merupakan tabiat manusia, bahkan itulah mungkin yang dimaksud dengan al-imanu yazidu wa yanqusu, Iman itu kadang bertambah dan kadang berkurang. Fluktuatif keimanan merupakan hal yang wajar bagi setiap orang, karena tidak ada di dunia ini manusia yang selamanya benar, seperti halnya tidak ada yang selamanya salah.
namun, ketika kondisi seperti itu terus dibiarkan dalam rentang waktu yang cukup lama, maka tentu saja lambat laun ia akan merosot dan terus merosot. Kualitas keimanannya semakin lama akan semakin rendah dan lemah. Dan bahkan mungkin saja, ia akhirnya terperosok pada futur yang kronois. Bukan hanya penurunan kuantitas dan kualitas ibadahnya saja yang nampak pada dirinya, akan tetapi, lebih besar dari itu, ia tidak lagi berada pada rel ketaatan. yang digambarkan dengan beralihnya taat menjadi maksiat, pahala dengan dosa. Na'udzubillah min dzalik.