A Letter Of Love

Surat ini kutujukan untuk diriku sendiri serta ukhti N akhi yang InsyaAllah tetap mencintai Allah dan rasul-Nya di atas segalanya, karena hanya cinta itu yang dapat mengalahkan segalanya, cinta hakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandang yang berbeda, lebih bermakna dan indah.
Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati ukhti N akhi yang kerap kali terisi oleh cinta selainNya, yg mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, yang terkadang melakukan segalanya bukan karenaNya, lalu di ruang hatinya yang kelam merasa senang jika dilihat dan dipuji orang, entah di mana keikhlasan. Maka saat ini kurasakan kekecewaan dan kelelahan karena yang kulakukan tidak sepenuhnya berlandaskan keikhlasan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil. Dia akan melihat kesungguhan dalam berproses.

Surat ini kutujukan pula untuk jiwaku serta jiwa ukhti N akhi yang mulai lelah menapaki jalan-Nya ketika seringkali mengeluh,
merasa terbebani bahkan terpaksa untuk menjalankan tugas yang sangat mulia. Padahal tiada kesakitan, kelelahan, serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosanya.

Surat ini kutujukan untuk ruh-ku dan ruh ukhti N akhi
yang mulai terkikis oleh dunia yg menipu, serta membiarkan fitrahnya tertutup oleh maksiat yang dinikmati, lalu di manakah kejujuran diletakkan?? Dan kini terabaikan sudah secara nurani yang bersih, saat ibadah hanyalah rutinitas belaka, saat fisik dan pikiran disibukkan oleh dunia, saat wajah menampakkan
kebahagiaan yang semu, coba lihat hatimu menangis, tertawa dan
merana??

Surat ini kutujukan untuk diriku dan diri ukhti N akhi
yang sombong, yang terkadang bangga pada dirinya sendiri. Sungguh tiada satupun yang membuat kita lebih dihadapanNya selain ketakwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa akan merasakan mati, namun kita masih bergulat terus dengan
kefanaan. Astaghfirullahal’adzim,,,,
,,,,,,

Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati ukhti N Akhi
yang mulai mati, saat tiada getar ketika asma Allah disebut, saat tiada sesal ketika kebaikan terlewatkan begitu saja, dan saat tiada rasa dosa ketika menzhalimi diri dan saudaranya.
Akhirnya surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki cahaya meskipun
sedikit, jangan biarkan cahaya itu padam. Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekeliling,memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya hanya dengan kekuatan dari-Nya.
“Adakah hari-hari yang mungkin aku bisa lari dari maut, hari yang
ditentukan, dan yang tidak ditentukan. Hari yang tidakditetapkan,
akupun tak gentar dan hari yang ditentukanpun aku tak kuasa
menghindarinya. Ku katakan padanya, ia telah terbang bertabur bintang. Dari para syuhada yang gugur yang tak kau pedulikan. Maka sesungguhnya engkau walau meminta penundaan meski sehari atas ajal yang ditetapkan padamu, tentu ia takkan
mau karena itu bersabarlah saat menghadapi kematian karena mengharapkan keabadian adalah sesuatu yang mustahil.”
(Disenandungkan oleh Ali bin Abi Thalib kala mengahadapi
musuh-musuhnya).
Comments
1 Comments

1 comments:

Artikel Lain :