Apa Kabar Hati?

oleh RENUNGAN N KISAH INSPIRATIF pada 22 Januari 2011 jam 23:32

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Kuterjaga di temani pusing yang lumayan, entah karena apa? mungkin beragam fikiran yang mengaduk kepala-ku atau penyakit bulanan yang biasa menyerang, maka kali ini aku sukses dengan cemberut-ku.

tidak biasanya masih terjaga di angka 11 malam ini.

Ya sudahlah, ku coba merenungi mentafakuri hati yang kian larut dalam kelalaian ini, mengingat hati adalah organ yang paling penting dalam penentuan sikap dan perbuatan, maka ku tengoklah bagian itu. Hati.

Bagaimana kabarmu wahai hati?

telah jernihkah permukaanmu dengan segala taujih yang di lakukan indera pendengaran-mu?

Ya Allah, ternyata ia buram karena hal itu tak layak untuk di dengar, pujian yang tak pantas di terima hanya karena tangan yang berlaku biasa, tidak-kah itu sebuah kewajiban? mengapa kian terlena dan mengawang hanya dengan sebutan ‘rajin’ dan ‘aktif’

ku tengok kembali sang hati, bagaimana bau-nya? apakah seharum kesturi yang senantiasa mewangi?



inna lillah… dia tak ubahnya daging busuk berlalat yang sudah berlendir dan berulat,,, apakah tangan kaki dan mulutmu hanya bergerak ketika ada sesosok saja yang melihat kemurahan hati-mu??

tidak-kah merasa bahwa Allah yang selalu melihat.?

lalu,

ku sapa lagi sang hati, apakah kau setenang danau yang di naungi kedamaian??

astaghfirullah, tak ubahnya hati ini seperti onggokan darah busuk yang selalu menggejolak karena nafsu dan keinginan duniawi,,,

aku kemudian tertegun, meratapi sang hati bernasib kian buruk dalam kurun waktu yang kubawa dewasa ini.

tangisan itu pun tiada guna, hanya seperti setetes hujan di lahan gersang,

pun angin kedamaian tak lagi membawa kesejukan, hanya lalu kemudianpun berlalu, hanya sebagai penegur hati, kemudian melena akan kesejukan yang tidak seberapa.

kemudian, sejauh manakah aku mengobati hati yang kian parah ini,,

mengapa aku melena hanya karena sedikit saja aku ingin merubahnya, dan itu tak ubahnya hanya sebutir pasir di pesisir pantai.

aku tersaruk, meraung-raung,,, oh hati… apa yang harus aku lakukan???

bagaimana aku tidak tahu bahwa kau hampir melebur hancur dimakan ulat kesombongan, kerakusan, dan ketidak-ikhlasan.

jiwa pun meredup, perlahan… ku lihat setitik cahya di dasar hatiku, ku mendekat, serasa hangat menjalari tubuhku,

”duhai cahya, siapakah dirimu dgn ketenanganmu?”

dia membuka suara perlahan.

‘akulah iman, dalam hatimu’

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Artikel Lain :