Atas semua amal yang dilakukan oleh seorang hamba, Allah Ta’ala telah sediakan baginya balasan terbaik. Ada balasan amal yang langsung diberikan di dunia, ataupun ditangguhkan di akhirat. Banyak juga yang diberi karunia oleh-Nya mendapat balasan di dunia sebelum panen kebaikan di akhirat kelak.
Atas semua jenis balasan itu, Allah Ta’ala memiliki hikmah yang amat bijak bagi siapa yang mau memungutnya. Pun, di dalamnya terdapat ujian yang besar bagi seorang hamba. Apakah hal itu akan menambah kualitas iman dan semangatnya untuk memperbaiki diri, atau sebaliknya.
Bagi siapa yang melaksanakan amal dengan ikhlas hanya karena Allah Ta’ala, baginya tersedia balasan agung, melebihi apa yang dibutuhkan olehnya.
Bajuri, sebut saja namanya begitu, tengah mengendarai mobil menuju ke sebuah lokasi perkantoran di wilayah Jakarta. Di tengah jalan, ia teringat dengan adik kandungnya yang sudah lama tak bertukar kabar.
Tak lama kemudian, Bajuri pun mengambil ponsel untuk menghubungi istrinya, “Mah, tolong transfer senilai 1,5 juta ke rekening yang ayah SMS-kan setelah ini ya?”
Merasa perlu mendapat penjelasan, istrinya itu bertanya, “Itu uang apa, Pah? Untuk siapa?”
Bajuri menjawab singkat, “Transfer aja. Pakai mobile banking. Nanti papah ceritakan.” Ia pun menutup pembicaraan singkat dengan istrinya.
Berselang jenak, Bajuri meneruskan nomor rekening yang ia terima dari adiknya kepada sang istri. Hanya sepuluh menit kemudian, sang istri memberi kabar bahwa uangnya telah ditransfer ke nomor rekening tersebut.
Bajuri pun kembali menekan tombol nomor di ponselnya untuk menghubungi adiknya, Paijo, yang tinggal di Semarang bersama anak dan istrinya.
“Apa kabar, Jo?” Sapa Bajuri setelah mengucap salam.
“Alhamdulillah, Mas.” Lanjut Paijo, “Kami sekeluarga sehat.”
“Syukurlah kalau begitu”, lanjut Bajuri, “Gini, Jo. Barusan Mbak Feni transfer 1,5 juta ke rekeningmu. Coba dicek, sudah masuk atau belum.”
Mendengar itu, Paijo terdiam sejenak sebelum akhirnya mengucap syukur dan sampaikan terima kasih tak berujung kepada kakaknya. Rupanya, anaknya baru akan masuk SMP dan ia belum memiliki uang untuk membayar biaya masuk yang besarnya 1,5 juta.
Harunya bertambah ketika kakaknya mentransfer uang sejumlah itu, padahal ia belum menyampaikan ceritanya. Ini juga jawaban atas doanya, sebab sudah sekian banyak upaya dilakukan, tapi semuanya menemui jalan buntu.
Bajuri pun menutup pembicaraan sebab mobil yang dikendarainya akan segera sampai di kantor yang ia tuju.
Setelah memarkir mobil, Bajuri langsung menuju ruangan pertemuan. Di sana sudah menunggu jajaran staff dan pimpinan perusahaan. Rupanya, Bajuri adalah seorang konsultan. Pendapat dan sarannya ditunggu demi kemajuan perusahaan yang mengundangnya itu.
Maka berlalulah waktu sekitar dua jam. Bajuri menyampaikan masukan setelah mendegarkan penjelasan praktisi dan pihak manajemen perusahaan. Setelahnya, Bajuri pamit karena masih ada urusan yang harus dia selesaikan.
Saat bergegas meninggalkan ruangan meeting, ia mendengar suara sepatu yang beradu dengan lantai mengejarnya.
Setelah berhasil mengejar dan berbasa-basi sejenak, disampaikanlah kepada Bajuri, “Maaf, Pak. Bisa minta tanda tangannya di sini?” Ujar sekretaris tersebut sembari menyodorkan selembar berkas.
Belum sempat bertanya, Bajuri sudah mendapatkan penjelasan dari sosok tersebut, “Bos saya nitip salam untuk Bapak. Beliau menitipkan ini,” terangnya sembari menyodorkan amplop berisi cek tunai senilai tiga juta rupiah.
Bajuri pun bergegas melanjutkan langkahnya setelah melempat senyum dan menyampaikan terimakàsih.
Dalam perjalanan pulang itu, Bajuri pun menelpon istrinya, “Mah, dua jam lalu Papah meminta Mamah untuk transfer. Itu nomor rekening adikku.” Sang istri mengiyakan apa yang disampaikan suaminya. Lanjut sang suami mengakhiri, “Nah, dua jam kemudian, Papah mendapatkan rezeki dua kali lipat dari jumlah yang kita berikan kepada Paijo.”